Comercial Break. On Going Chapter 3
Romansa Mawar Kampus
R.M Ajie

Aku
seorang mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai idealisme sedang
dibingungkan tentang arti cinta sejati yang selama ini dia cari. Aku meneruskan pendidikan dan mencari tentang apa
arti dari idealisme seorang mahasiswa
yang sesungguhnya di Universitas Negeri Jember. Ku awali pagiku dengan sebatang
kenikmatan seteguk air keberanian didampingi dengan lantunan lagu dari band
slank yang aku nikmati. Terbersit aku memikirkan dia (mantan) yang menghantui
pikiran awal pagiku, apakah ini yang dinamakan kangen ? ah sudahlah. Cinta dari
mantanku saat SMA sangatlah manis hingga
aku ingin memeluk mendekap dalam kegelapan asmara, memang aku mempunyai
beberapa mantan waktu SMA, namun hanya ada satu yang paling aku sembah, kepribadianya
yang easy going dan ramah ini yang paling kuingat sampai detik ini, aku tidak
bisa melupakan dia. Aku pernah berusaha mendekati perempuan lain, namun dia tak
dapat tergantikan oleh hati orang lain. Ku pasrahkan saja semua ini kepada
tuhan saja, saat ini aku memfokuskan untuk berproses di perkuliahan dan
organisasi yang aku ikuti. Kuhisap batang terakhir, kusruput aroma kopi, aku
bersiap pergi kuliah.
Persimpangan
jalan kulewati dengan melantunkan sebait mawar merah yang menemaniku di
perjalanan ini. Tak terasa aku memarkirkan sepeda tuaku di parkiran kampus,
disana aku melihat sesosok mawar yang selama ini aku cari-cari, mawar itu
mengingatkanku akan mantanku yang telah lama menghilang, aku penasaran dengan
mawar itu. Kufokuskan dulu penasaranku pada kuliah yang aku tempuh. Kelas
terasa sepi tanpa kehadiran penyemangat, sebenarnya selama ini aku pura-pura
bahagia didepan teman kelasku. Aku dikenal dengan sosok yang humoris dan tak
tau malu, kulakukan itu hanya untuk pengalihan hidupku saja.
Perkuliahan
hari ini telah usai, aku beranjak pergi ke sekretariatan organisasi yang aku
ikuti. Organisasi itulah yang menumbuhkan idelismeku, disana aku berproses,
membela kaum tertindas dan berusaha menciptakan kekritisan di kalangan
mahasiswa. Kudapati handphoneku bergetar, aku lihat pemberitahuan tentang
diadaknya rapat anggota pada malam nanti. Rapat anggota ini diluar organisasiku
sehingga aku kurang antusias menanggapinya. Kuputuskan sore itu untuk rehat
sejenak di rumah. Didalam rehatku, aku memimpikan mawar merah yang aku temui
diparkiran kampus, dia memang sangat mirip dengan mantanku, inikah yang namanya
cinta dan kasih sayang, setelah sekian lama sendiri seolah-olah dunia tidak ada
kata cinta. Aku memang sangat penasaran dengan mawar itu.
Terang
terganti oleh kegelapan, aku bersiap untuk mendatangi rapat anggota dikampus. Sebelum
berangkat ku sempatkan untuk bercinta dengan tuhan, kusengaja kuselipkan doaku
dengan meminta keindahan ciptaanya yang paling baik. Aku berharap yang terbaik
sehingga aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Ritualku dengan tuhan telah
usai, aku berangkat ke kampus lagi dengan kehangatan tangan ibuku. Tak lupa aku
jemput temanku yang paling keren namun bernasib miris tentang hal percintaan,
senasib memang temanku yang satu ini. Diboncenglah aku ke kampus, didepan lobby
kampus kulihat sekelibat mawar yang kutemui tadi, ternyata oh ternyata di juga
masuk anggota yang sama denganku, jantungku semakin menjadi-jadi, memang
parasnya hampir menyerupai mantan terindahku, aku berusaha tetap tenang
didepanya. Akhirnya tak dapat ku tahan lagi perasaan ini , aku mencari-cari pin
BBnya yang akhirnya kudapatkan.
Awal
dari chattingan itu pintu percintaanku terbuka lebar, pagi malam tak hentinya
kugunakan untuk bertanya tentang kepribadian dan kegiatan sehari-harinya. Aku
sebenarnya hanya bercerita kepada satu temanku yang keren ini, namun semua itu
tersebar karena temanku ini tidak bisa menyimpan rahasia. Lambat laun
IDEALISMEku tercuri akibat percintaan yang tiada akhir ini. Namun, dengan cinta
yang besar ini aku tak mampu mengungkapkan perasanku ini, aku tak berani karena
nyaliku yang begitu kecil dibandingkan dengan rambutku yang gondrong ini.
Hingga detik ini pun aku nyaman dengan keadaan dimana aku tidak terikat
denganya, aku tidak berani. Ahh sudahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar