Rabu, 15 Juni 2016

Resah

Resah
R.M Ajie


Kutemukan awal dari rasa yang selama ini kucari hingga terasa seperti mencari pahala di padang yang sangat sunyi. Perasaan yang sangat indah untuk dimengerti namun sangat rumit untuk dimengerti, rasa ini muncul bukan karena aku menemukan jalan yang dianggap oleh beberapa orang ajaran langit dan yang paling benar dari ajaran-ajaran yang ada didunia fana ini. Adalah seorang makhluk yang seakan dari surga yang memulai awal rasa yang selama ini telah hilang dalam lubuk hati yang terdalam. Awal perjumpaan yang diakhiri di persimpangan jalan, aku dapat merasakan aura yang terpancar berbeda dengan aura seseorang lainya. Senang, bahagia, resah, sunyi bergejolak membuat pikiran kemunafikan yang ada dalam diriku seolah tererosi seiring jalanya waktu. Perlahan-lahan kucampakkan perihal kehidupan bejat di desaku, terasa aneh memang, mengingat diriku yang selalu kritis untuk membenarkan warga desa biadab ini.
Kekritisan ini sudah terselimurkan oleh kehadiran perempuan yang baru hadir mendamaikan perasaan.  “ada apa denganku ini ? tidak seperti biasanya, kenapa aku sudah mencampakkan warga desa disini ?” tanyaku dalam hati. “Ketika aku mencari kebodohan masyarakat, mengapa aku tidak berkonsentrasi lagi untuk berpikir kritis ? mungkin aku lebih memikirkan dia yang datang dari kota, aku sudah terkontaminasi kelembutan parasnya yang indah seperti aku melihat kebaikan tuhan yang telah diciptakan”. Lebih dalam lagi, cara berpakaiannya yang tidak diumbar sehingga membuatnya mempunyai aura kebaikan dalam hatinya. Walaupun pada awal perjumpaan itu, aku bisa menilai bahwa dia adalah perempuan berprinsip teguh.
Hari demi hari aku menanti bertemu denganya, penantian ini menimbulkan rasa ingin lebih tahu kepribadianya, Kuberjalan menembus cakrawala, dingin tak kurasakan, tiba-tiba kejauhan aku melihat keindahan sempurna di dekat tempat beribadahnya. Lebih dekat kuhampiri, kuawali dengan sapaan salam hangat yang spontan terucap, “ apa yang kau tunggu pagi hari disini ?” kataku, “ aku tidak menuggu siapa-siapa, aku hanya menanti kebaikan tuhan di pagi hari, apakah berbentuk seseorang, berbentuk rezeki, atau yang lain aku tidak mempermasalahkanya” lembut suaranya. Dia menceritakan panjang perihal penantianya, dia hanya pasrah dan ikhlas dalam berkehidupan disini, tidak mempermasalahkan seseorang benar atau tidak, terkadang jika terlalu kelewatan dia hanya cuek saja. Hatinya mudah berubah, jika perasaanya mood terlihat dari wajahnya yang begitu ceria dan tersenyum bahagia, disela-sela obrolan terkadang kuselipkan kekonyolan yang ada dalam diriku, dia terus tersenyum dengan tingkah ku yang konyol ini.
Obrolan semakin mendalam, dia menceritakan tentang keluarganya, sosok ibu yang pertama dia ceritakan, dia sangat kangen bila jauh dari ibunya, hanya bercerminlah yang dapat mengobati kekangenanya. Aku sangat bahagia apabila ada yang menceritakan tentang hal-hal pribadinya, seolah aku adalah tempat curahan hatinya yang bisa memberi perhatian lebih. Kuceritakan juga tentang keluargaku, awalnya aku malu, mengingat awal hidupku yang biadab ini. Dia menjadi pendengar sekaligus pendamai hati ini, tidak kurasakan kesungkanan aku bercerita ini. Tidak terasa berjam-jam kami bercerita, aku mengantarkan dia pulang kerumahnya yang searah dengan rumahku. Terbayang-bayang dia dipikiranku, tidak ada satupun pikiran lain di otakku ini. Kumantapkan seluruh hati ini kepada dia, semua kupasrahkan semua kepada tuhan yang maha mengetahui.


Senin, 02 Mei 2016

LIFE & LOVE

LIFE & LOVE
R.M Ajie




Chapter 4.

Kebosanan dan kestagnanan mulai dari kegiatan hingga kehidupanku mulai terasa saat aku  mulai menginjak dewasa. Dapat dilihat dari pandanganku tentang radikalisme dikehidupan ini,  memang terlihat seperti aku  sangat sibuk untuk menata dunia fana ini, ternyata tidak, ada saja yang mengganjal dari pikiranku saat ini. Aku memang sangat senang berpikir tentang masalah-masalah hidup yang ada di dunia ini, mulai dari kehidupan poltik anjing, pendidikan yang tidak sama dengan arti pendidikan itu sendiri, hingga tentang kehidupan bersosial ku di desa laknat ini. “Terasa ada yang kurang dari hidupku ini, bosan, tak tau arah, hanya ada kegelapan  yang  selalu menghantui” curhatku kepada ayah. “ Sabar, sabar dan tetap sabar, semua pasti ada jalan keluarnya, selama kamu mau mencari tidak ada hal yang tidak bisa kamu temukan. Kecuali kamu hanya diam saja dan tidak mencari” Kata  ayahku. Sebenarnya aku tidak enak menuangkan segala curhatku kepada ayah, karena aku malu semua masalah yang menghadang selalu aku ceritakan kepada ayah Sukoco, bila semua aku ceritakan aku akan terliahat seperti babi yang bari lahir dari rahim perempuan binal, aku tidak mau seperti itu.

Akhirnya kuputuskan untuk mencari jawaban sendiri tentang suatu hal yang hilang selama ini.” Kenapa saat ini aku memikirkan hal yang mengganjal ini ? apakah aku  melupakan sesuatu ? tidak mungkin”. Kuawali pencarianku dengan berjalan-jalan kesana kemari seperti tuhan yang merindukan nabinya. Luntang-luntung di persimpangan jalan. Aku tidak mau seperti ini. Ahirnya aku mencoba untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
           
Aku berpikir apakah saat ini waktu yang tepat untuk aku lebih dekat dengan-Nya ?, aku takut semua ini akan  sia-sia, aku  hanya datang saat membutuhkan saja, saat senang aku lupa apa yang diperintahkan-Nya, ajakan iblis yang selama ini aku renungkan ternyata salah, aku berpikir untuk ingat kepada tuhan saja tidak cukp. Awal renunganku ini berisi tentang pikiran-pikiran yang salah, aku tidak percaya tentang semua perintah, semua perintah pasti akan selalu aku lupakan karena aku tidak percaya nikmat datang hanya dengan menjalankan perintahnya saja. Hal itu sama dengan aku mau hidup seperti seorang munafik, percuma !!! aku melakukan perintahnya jika tidak tidak ingat kepada ynag maha kuasa. Pasti didalam lubuk hati yang sangat dalam ada keinginan menjalankan perintahnya karena takut dosa, takut masuk neraka, ingin dapat pahala, hal itu sama saja hal –hal yang dilakukan oleh orang-orang yang sok suci. Sehingga aku berpikir kenapa harus menjalankan perintahnya jika ingin mendapatkan imbalan, untuk itu aku memutuskan untuk selalu ingat kepada tuhan tanpa harus menjalankan perintahnya.

Awal-Awal aku melakukanya aku  mersakan sedikit perubahan yang aku alami, aku  merasa lebih percaya diri dan lebih tidak mempercayai orang-orang yang ada di sekitar. Semua orang yang sok suci  pasti selalu aku diamkan seperti tidak melihat siapa-siapa. Tetapi ada saja rasa yang sangat ingin keluar dari tubuhku ini, semua badanku seperti mati rasa, perlahan perasaan bersosialku  semakin berkurang, terasa mati rasa, roh-roh surga yang sudah ditiupkan terasa ingin keluar melewai kedu abola mataku, Aku seperti anjing liar atau lebih pantasnya seperti manusia terlaknta di dunia ini. Aku merasa sendirian dan kosong. Kepercayaan itulah yang aku  percaya sampai aku mencari kehilangan perasaanku.

Kupastikan pencarian ini menemukan hasil. Malam hari sepertiga malam kuambil air dan kubasuhkan sesuai syariat yang berlaku untuk mensucikan jasmani dan rohani dari dosa hitam yang telah melekat, kulakuakan hal itu dengan baik dinginya angin malam tak membendung segala keinginaku untuk berubah, loyalis Lucifer mulai membisikkan syair-syair merdu neraka, hingga hal-hal tersebut  yang menemaniku untuk menyelesaikan ritual pensucian diri. Setelah selesai kumantapkan semua pikiranku hanya tertuju kepada yang maha kuasa, segala jenis gangguan aku hiraukan, hingga akhirnya aku menemukan apa yang disebut cahaya surga. Kejadian itu yang membuatku sudah menemukan jalan ku sendiri dengan baik. Tapi apa yang selama ini aku cari belum juga muncul dipikiranku, apakah aku hanya dekat saat mebutuhkan saja sehingga aku tidak didengarkanya ?. Aku tidak patah semangat semua yang ku awalai harus ada hasilnya.

Berbulan-bulan berlalu aku dengar ada seorang perempuan cantik yang pindah rumah ke desaku ini, aku penasaran dengan perempuan itu. Saat awal bertemu, ada perasaan yang sangat aneh yang akan masuk menembus tulang rusukku, aku sangat takut, inikah pertanda akhir dari hidup ini ? aku bertanya-tanya saat berpapasan ditengah indahnya dunia. Kuberanikan untuk manyapanya “ permisi, orang baru ya disini ? dari mana asalnya ?”. “Iya aku  baru pindah kemarin, aku dari kota, kota yang banyak industri besarnya” ucapnya dengan nada lirih khas kaum hawa. Diakhiri perjumpaan pertama di persimpangan jalan dengan perasaan sangat indah. Inikah perasaan yang selama ini aku cari ? jika benar, perasaan apa ini hingga membuat semua tubuhku merasakan gejolak jiwa yang sngat intim.

Bersambung . . . 

Rabu, 24 Februari 2016

Chapter 3 : Radikalisme Setan

Sumber foto : https://endtheillusion.files.wordpress.com/2012/06/newworldordersm.png

Chapter 3 : Radikalisme Setan

Aku hidup di zaman yang semuanya tentang  uang, pembelaan tentang hak asasi, dan saling mebenarkan ajaran yang dianggap paling benar. Semuanya karena uang? mengapa? yang aku lihat, mulai dari lahir manusia sudah diajarkan bagaimana hidup yang sejahtera dan membanggakan kedua orangtuanya, dengan disekolahkan hingga kejenjang yang lebih tinggi sehingga mampu mencari uang untuk kesejahteraan. Pendidikan yang tinggi mampu membuat pola pikir manusia berubah, dahulu pendidikan bertujuan untuk mencari ilmu kehidupan, semua terfokus untuk lompatan ilmu yang lebih baru lagi, misalnya dulu para filsuf-filsuf yunani, mereka mencari ilmu agar dapat pemikiran pemikiran baru yang lebih baik. Sangat berbeda dengan penddidkan yang ada di desaku, mereka menyekolahkan anak-anak mereka agar dapat uang yang banyak, para orang tua juga mendoktrin dengan kalimat-kalimat tertuju pada uang, “jika kamu tidak sekolah nanti besarnya mau jadi apa ? mau makan apa kalau tidak ada duitnya ? “. Doktrin-doktrin kapitalis seperti itu yang banyak di terapkan di zaman kebingungan ini. Beranjak dewasa, anak-anak di desaku mulai merasakan persaingan social, bahkan sebelum beranjak dewasa, dimana di sekolah dasar mereka terlihat adanya persaingan, yang pintar dapat tindakan social yang lebih, yang bodoh semakin terasingkan, sangat terlihat persaingan seperti itu menyebabkan strata-strata social mulai dari kecil.

Dijenjang yang lebih tinggi nilai persainganya semakin radikal, kenapa ? pemikiran para remaja tidak stabil, atau mengalami kebingungan, dengan diberikan pemikiran-pemikiran baru, kebanyakan langsung dia ikuti tanpa berpikir dua kali. Mereka yang bingung menyebabkan permusuhan antar kelompok-kelompok. Kelompok satu berpandangan “A” sedangkan kelompok lain berpandangan “B”, persaingan seperti itu tidak akan berjalan baik sehingga sampai kapanpun akan terjadipermusuhan, tidak ada yang salah, semuanya merasa paling benar dan menimbulkan remaja-remaja pembohong. Aku tertarik tentang kutipan suku-suku pedalaman terdahulu bahwa pendidikan yang tingi akan menimbulkan sifat pembohong, saling membohongi antar sesama. Kemunafikan merajalela, dimana remaja dengan predikat pintar akan saling menjatuhkan sesamanya, dengan kepintaran mereka, selain untuk mencari uang, mereka menggunakan untuk tipu daya, mulai dari kemunafikan hingga pada korupsi. Mereka tidak peduli dengan lingkungan yang baik, mereka justru sering mencari kesalahan-kesalahan dari kelompok lain mengatasnamakan kepentingan bersama, mecari kebaikan-kebaikan penguasa untuk menjilat mereka agar terpandang. Maka mereka tidak bisa hidup dengan tenang, dibingungkan oleh pemikiran anjing.

Pemikiran persaingan berlanjut ke kehidupan bermasyarakat, yang pintar berkuasa, yang bodoh hanya dibohongi penguasa. Orang yang bodoh tapi pemikiranya radikal dan sok pintar akan mencari kesalahan-kesalahan penguasa, menjatuhkan dari kepemimpinan, atau sampai membunuhnya. Mereka dijadikan alat propaganda oleh orang-orang pintar berkepentingan untuk melakukanya, setelah mereka sukses menjalankanya, rasa bertanggungjawab atas tindakanya menghilang dari otaknya, salah, salah dan salah yang ada di pikiranya tanpa ada solusi terbaik. Jika diberikan kursi kepemimpinan, orang bodoh justru lupa dengan sifat munafik pemimpin, mereka lambat laun timbul sikap munafik juga, korupsi, dan lain-lain.  Aku tidak suka melihat orang pintar munafik, apalagi orang bodoh yang sok pintar, aku seakan mau mengeluarkan isi otak saya melalui hidung jika melihatnya. Penguasa juga tidak mau disalahkan, jika ada yang tidak sepaham, maka akan ditinggalkan, diasingkan, diculik, dan dibunuh diam-diam. Orang bodoh sok pintar juga menganggap tindakanya atas nama kebenaran, yang tidak sepaham, akan dijatuhkan sampai penguasa tersebut turun jabatan, kalau tidak puas, mereka akan mengerahkan massa untuk membuat teror-teror kepada penguasa.

Pemikiran subjektifku ini memang akan salah jika dipahami oleh orang-orang dari kelompok-kelompok tersebut. Tapi memang kenyataanya, pemikiranku ini yang terjadi secara fakta di zaman kebingungan ini. Aku bisa berpikir ini, karena ayah Sukoco mengajarkanku untuk tidak mencari uang, melainkan mencari ilmu yang sesuai dengan minatku, berusaha tidak mencari kesalahan kesalahan orang lain dan juga tidak membenarkan apa yang aku lakukan di kehidupan, sehingga dengan ajaran ayah ku ini, aku tidak bisa diterima di masyarakat yang berkelompok, berorganisasi, berkuasa ini. Aku hanya ingin seperti filsuf terdahulu yang hanya mencari ilmu untuk diriku sendiri, untung-untung pemikiranku ini diterima satu orang saja yang ada di desaku ini.

Bersambung . . . .

*NB : Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme

Senin, 14 Desember 2015



Comercial Break. On Going Chapter 3

Romansa Mawar Kampus
 
R.M Ajie


Aku seorang mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai idealisme sedang dibingungkan tentang arti cinta sejati yang selama ini dia cari.  Aku  meneruskan pendidikan dan mencari tentang apa arti dari idealisme seorang  mahasiswa yang sesungguhnya di Universitas Negeri Jember. Ku awali pagiku dengan sebatang kenikmatan seteguk air keberanian didampingi dengan lantunan lagu dari band slank yang aku nikmati. Terbersit aku memikirkan dia (mantan) yang menghantui pikiran awal pagiku, apakah ini yang dinamakan kangen ? ah sudahlah. Cinta dari mantanku saat SMA  sangatlah manis hingga aku ingin memeluk mendekap dalam kegelapan asmara, memang aku mempunyai beberapa mantan waktu SMA, namun hanya ada satu yang paling aku sembah, kepribadianya yang easy going dan ramah ini yang paling kuingat sampai detik ini, aku tidak bisa melupakan dia. Aku pernah berusaha mendekati perempuan lain, namun dia tak dapat tergantikan oleh hati orang lain. Ku pasrahkan saja semua ini kepada tuhan saja, saat ini aku memfokuskan untuk berproses di perkuliahan dan organisasi yang aku ikuti. Kuhisap batang terakhir, kusruput aroma kopi, aku bersiap pergi kuliah.

Persimpangan jalan kulewati dengan melantunkan sebait mawar merah yang menemaniku di perjalanan ini. Tak terasa aku memarkirkan sepeda tuaku di parkiran kampus, disana aku melihat sesosok mawar yang selama ini aku cari-cari, mawar itu mengingatkanku akan mantanku yang telah lama menghilang, aku penasaran dengan mawar itu. Kufokuskan dulu penasaranku pada kuliah yang aku tempuh. Kelas terasa sepi tanpa kehadiran penyemangat, sebenarnya selama ini aku pura-pura bahagia didepan teman kelasku. Aku dikenal dengan sosok yang humoris dan tak tau malu, kulakukan itu hanya untuk pengalihan hidupku saja.

Perkuliahan hari ini telah usai, aku beranjak pergi ke sekretariatan organisasi yang aku ikuti. Organisasi itulah yang menumbuhkan idelismeku, disana aku berproses, membela kaum tertindas dan berusaha menciptakan kekritisan di kalangan mahasiswa. Kudapati handphoneku bergetar, aku lihat pemberitahuan tentang diadaknya rapat anggota pada malam nanti. Rapat anggota ini diluar organisasiku sehingga aku kurang antusias menanggapinya. Kuputuskan sore itu untuk rehat sejenak di rumah. Didalam rehatku, aku memimpikan mawar merah yang aku temui diparkiran kampus, dia memang sangat mirip dengan mantanku, inikah yang namanya cinta dan kasih sayang, setelah sekian lama sendiri seolah-olah dunia tidak ada kata cinta. Aku memang sangat penasaran dengan mawar itu.

Terang terganti oleh kegelapan, aku bersiap untuk mendatangi rapat anggota dikampus. Sebelum berangkat ku sempatkan untuk bercinta dengan tuhan, kusengaja kuselipkan doaku dengan meminta keindahan ciptaanya yang paling baik. Aku berharap yang terbaik sehingga aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Ritualku dengan tuhan telah usai, aku berangkat ke kampus lagi dengan kehangatan tangan ibuku. Tak lupa aku jemput temanku yang paling keren namun bernasib miris tentang hal percintaan, senasib memang temanku yang satu ini. Diboncenglah aku ke kampus, didepan lobby kampus kulihat sekelibat mawar yang kutemui tadi, ternyata oh ternyata di juga masuk anggota yang sama denganku, jantungku semakin menjadi-jadi, memang parasnya hampir menyerupai mantan terindahku, aku berusaha tetap tenang didepanya. Akhirnya tak dapat ku tahan lagi perasaan ini , aku mencari-cari pin BBnya yang akhirnya kudapatkan.

Awal dari chattingan itu pintu percintaanku terbuka lebar, pagi malam tak hentinya kugunakan untuk bertanya tentang kepribadian dan kegiatan sehari-harinya. Aku sebenarnya hanya bercerita kepada satu temanku yang keren ini, namun semua itu tersebar karena temanku ini tidak bisa menyimpan rahasia. Lambat laun IDEALISMEku tercuri akibat percintaan yang tiada akhir ini. Namun, dengan cinta yang besar ini aku tak mampu mengungkapkan perasanku ini, aku tak berani karena nyaliku yang begitu kecil dibandingkan dengan rambutku yang gondrong ini. Hingga detik ini pun aku nyaman dengan keadaan dimana aku tidak terikat denganya, aku tidak berani. Ahh sudahlah.

Kamis, 03 Desember 2015

Chapter 2 : God Village



Chapter 2 : God Village
art-gustave-dore-divine-comedy-the-inferno-620.jpg
Gustave Dore's illustration for Dante's "The Inferno."
 
         Ketika aku pertama kali ditemukan di got dengan keadaan biadab oleh Sukoco, aku ditemukan selama  2 hari terlantar dengan hidup bercinta dengan tikus-tikus got. Keadaan aku ditemukan seperti itu menimbulkan pertanyaan besar bagiku, mengapa hanya mantan pembunuh bayaran ini yang menemukan dan memperdulikan anak adam di got ? ada apa dengan penduduk di desa itu ?.

“Yah kenapa ayah peduli denganku, dengan mengambil aku dari got ?”
“Iya aku peduli karena seperti yang pernah ayah bilang, ayah ingin menghapus masa lalu hitam ayah”
“Lalu kemana penduduk desa ini yah ? kenapa tidak memperdulikanku ?”
“Memang desa ini ramai, tapi penduduknya semua menganggap mereka sebagai tuhan, berlagak seperti tuhan dan berkehidupan yang menuhankan uang dan kekuasaan.”

Dengan rasa penasaran dari cerita ayah Sukoco, aku semakin berpikiran di luar batas kewajaran manusia terhadap kehidupan penduduk tuhan ini. Dari cerita-cerita yang pernah kudengar, selain dari cerita Sukoco, Tarmin kepala desa yang memimpin adalah mantan anggota dewan yang terhormat yang sudah habis masa tugasnya sebagai malaikat di kursi dewan. Kepemimpinan kepala desa Tarmin sangat bobrok dan lebih dari kepemimpinan hewan-hewan tolol. Dengan embel-embel mantan anggota dewan, dia membuat kebijakan yang hanya menimbun pundi-pundi rezeki ke dalam perut buncitnya sendiri. Tarmin menarik pajak yang sangat tinggi ke pada warga tuhan ini, selain menarik pajak yang tinggi, dia mempunyai kebijakan yang terbobrok dari yang paling bobrok, kebijakanya adalah pembayaran hutang kepada desa dengan sistem uang dibayar dengan menjadikanya jongos selama masa hidupnya sebagai manusia.

Tidak kaget jika kehidupan di desa anjing ini sangat bobrok dengan kebijakan yang diterapkan seperti itu. Aku melihat pekerjaan penduduk rata-rata bekerja sebagai pegawai di kota, menjadi pegawai di kota hanya bagi penduduk yang mempunyai uang berlebih dari hasil ghoib yang tidak tahu dari mana asalnya. Sedangkan penduduk yang tidak mempunyai uang, rata-rata bekerja serabutan, apapun dikerjakan untuk mendapatkan uang. Enak bagi yang bekerja sebagai pegawai tuhan berangkat pagi pulang sore, makan, merokok, tidur dan bercinta tiap malam dengan istrinya tipa bulan mendapat uang, jadi tidak memikirkan hutang dan tidak masalah dengan pajak pajak tinggi dari kepala desa.  Kehidupan pegawai berkiblat pada kehidupan kota yang seperti surga yang menyajikan kenikmatan-kenikmatan nafsu belaka.

Seperti surga dan neraka, kehidupan sehari-hari pekerja serabut hanya fokus kepada uang, uang dan uang, apapun dilakukan agar pundi-pundi rezeki memnuhi nafsu manusianya. Tidak peduli dengan kodrat-kodrat manusia, tipu muslihat, judi, semuanya dilakukan. Setiap hari merasa dihantui dengan bagaimana cara membayar pajak yang teramat tinggi ini dan konsekuensinya dijadikan jongos seumur hidup. Melihat desa seperti itu aku bagaikan melihat planet bumi dan matahari yang tidak sama kehidupanya, aku memaklumi mengapa mereka mengabaikanku waktu kecil, ya karena mereka dibutakan oleh uang, kekuasaan, nafsu, sex dan segala sesuatu yang bermoral anjing. Untungnya, rumah ayah Sukoco letaknya jauh dari pusat kegiatan penduduk desa ini.

Cover Book 1

Cover 1 : Masih banyak copasnya

Rabu, 02 Desember 2015

The Journalist And The Psychopat Chapter 1 : The Journalist



Chapter 1 : The journalist

Aku dilahirkan di sebuah desa yang jauh dari kata layak untuk dijadikan tempat tinggal. Keadaanku membawa aku menjadi pribadi yang liar, tidak kenal rasa takut dan jujur. Aku dibesarkan oleh seorang mantan pembunuh bayaran yang hanya hidup sebatangkara di sebuah gubuk di pinggiran desa. Namanya Sukoco, masa lalu Sukoco sangat biadab sekali, dia suka membunuh orang, memutilasi orang, membakar seseorang dan tidak segan-segan untuk memperkosa korban perempuanya. Kehidupan pada masa lalu bajingan ini adalah masa paling hitam pada titik tersadis kehidupan manusia. Sukoco berusaha melupakan masa lalunya, dia ingin menebus dosa dosa  masa kelamnya. Dia pernah berpesan padaku kalau dia ingin menebus kesalahanya agar dia tidak mati dalam keadaan biadab seperti anak setan yang terlaknat. “Aku ingin kau tau, aku sudah memendam dalam-dalam cerita masa laluku, aku tidak ingin mati dengan keadaan rohaniku bersimbah darah”, kata kata itu yang terucap dari mulut mantan bajingan paling biadab bagiku. Aku ditemukan Sukoco dalam keadaan bukan seperti manusia, badanku penuh darah bercampur air surga dari kemaluan perempuan, badanku telanjang tidak ada sehelai serat yang menghangatkan aku, keadaan seperti itu berlangsung selama dua hari dalam kardus kecil layaknya anjing yang melahirkan anaknya.  Diangkatnya kardus itu dari pinggiran got yang bercampur dengan tikus tikus mati, air yang menghitam, bau yang sangat menjijikkan, keadaanku sangat lemah tak berdaya. Dibawanya kardus dan seekor anak manusia ke tempat yang lebih nyaman. Aku dibesarkan dengan cara berbeda dari anak anak lain, dilihat dari masa lalu ayah Sukoco begitu panggilanku, dapat dilihat mau jadi apa dan mau jadi seperti apa aku ini. Aku dididik dengan cara yang tidak pernah orang pikirkan tentang ayah Sukoco. Ayah mendidikku seperti  seseorang yang disiapkan untuk menjadi Imam Mahdi masa modern, yang dapat meluruskan seserorang dari kebiadaban tingkah laku Lucifer terlaknat. Aku kecil diajarkan untuk saling mengasihi sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan, menghargai hak asasi sebagai makhluk tuhan. Tuhan bagiku adalah segalanya, sumber dari segala terciptanya kebaikan dan kebiadaban seluruh kehidupan paralel dunia ini. Semua pencapaian Tuhan tidak serta merta hanya diciptakan saja tanpa adanya sebab, pemikiran idiot itu. Kehidupan kecil hingga masa remajaku terkekang oleh suatu ajaran yang memang tidak masuk akal bila dipikir secara goblok. Didikan Sukoco yang seperti ini yang membuatku berpikiran kritis, luas tanpa ada batas kewarasan yang dapat membuat orang berpikir bahwa aku idiot, gila dan apalah. Aku dari kecil sampai sekarang tidak mempunyai teman atau sahabat sekalipun, bukan karena aku tidak suka bergaul, mungkin karena didikan yang seperti itulah aku dianggap tidak waras oleh orang-orang di desaku Sukoco tinggal. Disamping didikanku yang sedikit ketuhanan, latar belakang ayah Sukoco yang besar peranya di kehidupan pengkucilan bersosialku, kebanyakan mereka berpikir aku akan tumbuh menjadi masa lalu Sukoco yang beringas yang bukan seperti manusia lainya yang dapat menghancurkan moral anak-anak di desaku ini.